Pages

Rabu, 26 Januari 2011



Alat pengering produk-produk pertanian berbahan bakar sekam padi dipandang lebih ekonomis.

Limbah sekam padi yang biasanya menumpuk pun menjadi termanfaatkan.



Proses pengeringan produk-produk hasil pertanian dan perkebunan, seperti jagung, padi, singkong, kopi, karet, kakao, cengkeh, dan kemiri, sering kali terkendala faktor cuaca.

Kondisi cuaca yang tidak menentu, terutama saat musim hujan, akan mengakibatkan proses pengeringan alami berlangsung tidak optimal.

Ditambah lagi ketiadaan alat pengering menjadikan hasil pertanian berjamur dan rusak karena lembapnya udara.


Akibatnya, harga jual produk-produk itu rendah. Petani pun mengalami kerugian yang tidak sedikit.

Untuk mencegah kerugian yang dialami para petani, diperlukan suatu alat atau mesin pengering.

Dengan alat itu, jamur dan mikroba yang bisa merusak produk-produk pertanian bisa dienyahkan.

Biasanya kadar air yang tinggi memicu berkembangnya jamur dan mikroba. “Tingkat kekeringan yang rendah berdampak pada kualitas dan harga produk,” ujar Harsisto, peneliti teknologi pertanian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Memang penggunaan mesin pengering selama ini telah lazim dilakukan, namun mesin itu belum bekerja maksimal. Biaya pengoperasiannya pun masih tinggi.

Agar petani tidak dibebani ongkos pengeringan yang tinggi, bahan bakar mesin pengering harus berasal dari sumber yang ekonomis, ramah lingkungan, dan dapat diperbarui.

Sebagai jawaban atas melambungnya harga bahan bakar minyak, alat tersebut harus hemat energi.

Alat dengan kriteria seperti itu dicoba dikembangkan oleh Harsisto. Dia membuat alat pengering multiguna sistem kontinu (APMSK) berbahan bakar sekam padi yang hemat energi, efektif, dan efisien.

Limbah berupa sekam padi selalu menggunung setiap kali masa panen tiba. Limbah itu belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar pemanas, kecuali hanya sebagai pupuk dan abu gosok.

Proses penghancuran limbah sekam padi umumnya dengan cara pembakaran.

Sayangnya, panas yang dihasilkan dari proses pembakaran itu belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Saat ini pemanfaatan sekam padi masih sangat sedikit sehingga sekam tetap menjadi limbah yang mengganggu lingkungan,” kata Harsisto. Hal itu patut disayangkan.

Pasalnya, pemanfaatan sekam padi sebagai sumber energi merupakan pilihan yang ekonomis sekaligus ekologis.

Sekam termasuk produk limbah yang berharga murah dan gampang diperoleh.

Bukan hanya itu, pemanfaatan sekam dengan cara dibakar merupakan salah satu upaya memusnahkan limbah yang penyimpanannya kerap sangat menyita tempat.

Harsisto menuturkan penggunaan sekam padi dianggap lebih baik ketimbang batu bara seperti yang pernah ia uji cobakan.

Memang sebelum menemukan alat pengering berbahan bakar sekam padi, Harsisto mengaku tidak puas dengan kinerja alat pengering yang ada.

Apalagi dengan alat pengering yang beredar di pasaran saat itu panasnya tidak terdistribusi secara merata.

Hasil pertanian ditumpuk begitu saja di wadah pengeringan dengan panas yang tidak merata.

“Produk yang dekat dengan sumber panas tentu akan mudah kering, bahkan terlalu kering, sementara produk yang berada jauh dari sumber panas bisa dikatakan tetap basah,” ujarnya.

Ketika kali pertama mengadakan percobaan untuk mengeringkan produk-produk pertanian, Harsisto menempatkan alat yang berbentuk penampang besi pada posisi miring berbentuk zigzag.

Hasil-hasil pertanian diumpankan dari atas, lalu jatuh di atas papan besi. Agar hasil-hasil pertanian itu bergerak turun di ruang pengering, ia menggunakan teknik getaran yang dihasilkan dari motor listrik.


Panas Merata

Sayangnya, sistem itu tidak efektif karena hasil pertanian terlalu cepat meluncur jatuh. Ia pun lantas mengembangkan alat pengering dengan sistem ban berjalan.

Sistem itu terbukti lebih efektif mengeringkan hasil pertanian. Pasalnya, hanya dengan satu kali putaran ban berjalan, alat itu mampu mendistribusikan panas secara efisien.

Udara panas yang ditiupkan ke ruang pengering menjadi tidak percuma.

Pasalnya, semua ban berjalan akan melewati seluruh bagian pengeringan sehingga secara merata akan melewati proses yang sama.

Dengan perpindahan dari ban berjalan yang satu ke ban berjalan berikutnya (di bawahnya), produk-produk pertanian pun akan mengalami pembalikan.

Dengan demikian, ujar Harsisto, bagian padi yang belum kering setelah dilakukan pembalikan akan segera mendapatkan panas yang tadinya kurang maksimal.

Alat pengering buatan Harsisto memiliki tiga bagian penting, yaitu pengumpan, ruangan pengering, dan dapur pembakar sekam padi.

Penggerak sabuk dan motor penggerak kipas peniup (blower) menggunakan motor dengan kekuatan 8 PK dan 1 PK. Ruang pengering memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2,20 meter, dan tinggi 4 meter.

Sedangkan pengumpan yang terdiri dari keranjang pegumpan dan bak pengumpan berdimensi panjang 2 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 5 meter.

Ukuran APMSK memang tergolong besar mengingat alat itu dibuat agar mampu melakukan pengeringan produk-produk pertanian dalam jumlah besar sekaligus.

Daya konsumsi bahan bakar dari sekam padi pada APMSK mencapai 250 kilogram per jam. Hitung-hitungan itu disesuaikan dengan banyaknya produk pertanian yang dikeringkan.

Pada kondisi produk-produk pertanian kering, mesin mampu mengeringkan delapan ton produk per 85 menit waktu sabuk berjalan.

Sedangkan pada keadaan produk-produk pertanian basah, APMSK mampu mengeringkan empat ton produk pertanian per 85 menit.

Agar produk dapat kering sesuai dengan keinginan, pengeringan harus melihat ketentuan suhu.

Harsisto mengatakan untuk karet, suhu pengeringan yang ideal adalah 120 derajat celcius.

“Sebelum dikeringkan, produk itu harus dibentuk panjang-pajang menyerupai mi,” terangnya. Sedangkan untuk kemiri, cengkeh, teh, kopra, kopi, padi jagung, kakao, dan kopra, suhu yang pas antara 70 derajat hingga 80 derajat celsius.

Untuk produk pertanian yang akan dijadikan bibit, pengeringan dilakukan pada suhu 50 derajat celsius. Tujuannya agar bibit tidak mati.
(hay/L-2)

9 komentar:

Anonim mengatakan...

biaya pembuatannya berapa mas???? jenis ban yg di pake nyarinya sulit gak???

kedungpari mengatakan...

kalok di jawa mudah insaallah mudah dapetnya. :)

Anonim mengatakan...

berapa harga alat ini mas? apa boleh buat sendiri?

taqin mengatakan...

Pak Saya berencana ingin membelinya...

Anonim mengatakan...

carinya bahan di mana mass??

Lastama mengatakan...

Yth Bapak Pembuat atau Penjual alat ini, mohon advicenya untuk:

1. Apakah system ini bisa menggunakan bahan bakar batubara..? Sebab ditempat kami tidak terdapat cukup sekam dan klo harus distorage akan memakan space yang cukup besar
2. Berapa kira2 biaya instalasi?
3. Bagaimana dengan biaya operasional untuk per MT kopi.. dari moisture 24 ke 14 %?..
Mohon bantuannya
081266018437 Jurianda

hayado tambunan mengatakan...

saya mahasiswa FP-USU

di daerah SUMUT alat ini blum pernah saya lihat dan bahkan tidak pernah terlihat.,

bagaimana kalo bapak mncoba mndistribusikannya di daerah ini...??


Anonim mengatakan...

KLU BISA ALAT INI DIBUATKAN RANCANGAN GAMBARNYA SECARA RINCI BERIKUT UKURANNYA

Unknown mengatakan...

Boleh minta no tlfn bapak? Ini nmr saya 082330887887

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text